Kamis, 10 Februari 2011

Membawa Es Balok di Tangan


Tak elok betul elite negeri ini. Merencanakan program selalu dengan asumsi bahwa rakyat itu "sangat bodoh" dan kebodohannya membuatnya miskin. Maka dibuat program yang ada kata "gratis", "bantuan", "hibah", dan sejenisnya di dalamnya. Biar agak mirim World Bank, pakai kata "grand".

Program yang digagas Fraksi partai Golkar, yang disebut dana aspirasi, juga menganggap rakyat itu sangat bodoh. Dan saya tersentak ketika membaca sebuah tulisan intelektual Partai Golkar di Koran Tempo, yang mensejajaran Satgab bentukan Partai Golkar itu sebagai "upaya nasionalisme untuk memperkuat pemerintah" dan bukan intervensi parati politik ke dalam sistem pemerintahan negara.

Mungkin mereka berpikir, rakyat yang bodoh itu tidak bisa membedakan "intervensi" dan bukan intervensi. Dan kini, terbukti, intervensi Partai Golkar itu diawali dengan pengusulan dana aspirasi. Jelas, ini tak tahu diri, seolah negara reformasi ini masih saja negara orde baru. Negara lama, dimana Partai Golkar tegak serupa tiang agung yang tak bisa digoyahkan. Partai yang semua isi kepalanya merupakan isi kepala negara ini, tak boleh dibantah, tak boleh ditentang.

Mungkin benar prediksi banyak pengamat. Ada upaya menghidupkan Orde Baru dengan kemasan baru, dan kita bisa menyebutnya new-Orde Baru. Karena Orde Baru adalah isme, kekuasaan, kekekalan, keabadian, dan kebal hukum.

Sungguh tak tahu diri, memang. Partai yang bukan pemenang Pemilu 2009 itu, berperilaku sebagai pemenang sebenarnya. Tapi, mungkin juga betul. Lantas, kita sebut apa Partai Demokrat?

Satgab punya otak di kepala Partai Golkar. Dana aspirasi hasil olah otak partai itu. Seperti di zaman Orde Baru, dana aspirasi itu tak jauhy berbeda dengan Bantuan Desa (Bandes), yang diberikan untuk desa-desa tetapi dihabiskan para pejabatnya. Kita tahu, pejabat saat itu, pastilah memberi hormat yang luar biasa kepada Partai Golongan karya.

Membantu rakyat sebanyak Rp1 M per desa dari dana aspirasi itu adalah mengulangi kebodohan di masa lalu. Menambah daftar panjang dana rakyat yang habis dalam rumitnya birokrasi pemerintah.

Soal dana APBN/APBD, bisa diibaratkan seperti seseorang membawa es balok di tangan. Semakin jauh es itu dibawa, akan semakin mengecil balok es itu.

Apakah kita akan membiarkannya? Betapa malang, sesungguhnya, mereka yang menganggap rakyat ini bodoh.

Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Facebook

0 Comments:

Posting Komentar

 

Belajar Jurnalistik Copyright © 2010 HATEESweb is Designed by Budi P. Hatees