Kamis, 10 Februari 2011

Berangkat dari Sepenggal Tesis


Pengantar. Inilah berkala SALAM KREATIF edisi 18 April 2007. Isinya merupakan analisis atas berita HU Lampung Post. Analisis dilakukan Penelitian dan Pengembangan Lampung Post ini dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini jangan dilihat dari logika positivisme Augusto Comte, dan karena itu pasti hasilnya bukan bacaan yang enak dan menghibur meskipun perlu bagi peningkatan kualitas jurnalisme kita.

Soal tesis pernah disinggung serba sangat sedikit dalam analisis atas edisi 3 April 2007. Barangkali itu yang membuat kesadaran atas tesis belum tumbuh dalam produk Lampung Post, meskipun tesis adalah syarat utama.


BERANGKATLAH DARI TESIS

Tesis tak ada kaitannya dengan tulisan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan. Tesis dalam hal ini dimaknai sebagai “pendirian dasar yang mesti kita tegakkan sebagai pendapat atau opini”. Tesis itu gagasan yang mengendalikan ide (controlling idea) atas persoalan yang dipersoalkan dalam berita.

Lampung Post punya konsep untuk mengukur tesis, yakni navigasi. Navigasi berita Lampung Post sekaligus tesis dari persoalan. Tapi, navigasi bukan tesis. Judul pun bukan tesis. Tesis ditandai sebagai sikap terhadap suatu persoalan.

Apa tujuan tesis dalam menulis. Ia menjadi semacam nalar, serupa sense of purpose guna melenyapkan hal-ihwal yang tak berjejak (mengambang). Ini pelajaran dari David Skwire dalam bukunya Writing with a Thesis (1976).

Apa syarat tesis menurut Skwire? (1)Tesis terbatas sifatnya; (2)Mempersatukan; dan (3)Spesifik.

Berangkat dari soal tesis, head line kita “UN Diwarnai Sejumlah Kasus” justru menampakkan kelemahan pada identifikasi tesis. Unsur spesifik terkait tesis, tak tertangkap dalam berita yang “hanya” berisi asumsi-asumsi itu.

Watawan berasumsi “kalau murid-murid berkumpul berarti mereka membocorkan soal ujian”, “kalau pengawas hilir mudik berarti melanggar prosedur standar operasi”, “kalau Sjachroeddin bilang tak ada pelanggaran, berarti tidak ada pelanggaran” dan “kalau siswa tetap mengerjakan soal meski jam sudah habis berarti melanggar”.

Itulah yang kita usung dalam berita, kemudian mendapat penjabaran dalam LIPUTAN KHUSUS.
Bila memang asumsi itu benar, kita harus mengikuti dengan data “apa yang dilanggar”? Buat table, misalnya. Dengan table, pembaca bisa membuat perbandingan. Tapi, table dan statitik tak kita suguhkan, sehingga liputan hari ini terkesan mubajir karena tak variatif dari aspek isi.
Kata “sejumlah kasus” pada judul headline halaman pertama, kontradiktif dengan lead headline LIPUTAN KHUSUS dan headline halaman dua. Di halaman utama kita bicara “ada pelanggaran”, sedangkan di halaman LIPUTAN KHUSUS kita bicara “tak ada pelanggaran” dan di halaman dua kita bicara “UN tertib dan lancar”. Mana yang benar?
Jangan-jangan kita tak ke lapangan. Atau, ke lapangan, tetapi ikut rombongan Gubernur. Jadi, ya, begitu deh…. Lebih pas sebagai Humas Gubernur. Lihat saja photo di halaman dua. Fokusnya Gubernur dan para pejabat. Humas banget!!!
Satu lagi, mestinya berita UN tak muncul lagi di halaman lain selaian di LIPUTAN KHUSUS. Nyatanya, masih banyak meskipun berupa photo.
PHOTO head line kita, sekali lagi, lebih mempertononkan diri bahwa Lampung Post tak memiliki tesis jelas. Lima kolom untuk focus seorang siswa yang sedang mengerjakan soal, sama sekali tak ada yang menarik. Mestinya, tukang jepret focus ke orang di belakangnya, yang melihat ke belakang. Saat ujian plengak-plengok itu mau apa?
Ajaibnya lagi, itu photo Antara. Lokasinya di Makasar pula. Kemana tukang jepret Lampung Post?
Jadi, kesimpulan atas liputan hari pertama UN, Lampung Post kedodoran karena tidak punya tesis yang jelas. Ini akibat tak ada perencanaan peliputan, meskipun dalam rapat finel checking sudah disampaikan perlu ada tim peliput. Tapi, ya, capek deh….
Berita “Pria Asia Mengamuk di Kampus, 33 Tewas”, juga tanpa tesis. Untuk apa kita memberitakan soal pria Asia, padahal ada warga Indonesia yang jadi korban penembakan yaitu Partahi Lumbantoruan (34),  mahasiswa Universitas Virginia Tech, tinggal di Blacsburgd selama 2,5 tahun.
Berita follow up IPDN, bagusnya, berita di kota berjudul “Sjachroedin tidak Setuju” lebih pas di halaman depan daripada berita “Tayangan Kekerasan Bisa Dijadikan Petunjuk Awal”. Bukankah kita harus konsisten dengan sikap sendiri? MENDUKUNG PEMBUBARAN IPDN?
Soal tesis juga tak jelas dalam penggarapa halaman 3. Head line “Tim Gabungan Harus Verifikasi”, sudah tentu bukan tesis. Pasti, hasil temuan mesti diverifikasi, tanpa diminta DPRD pun.
Ada berita “Pemprov Anggarkan Rp3,5 Mliar”, sebetulnya berita bagus. Di halaman ini, kita pernah memberitakan tentang “tingginya angka pengangguran”(edisi 2 April 207). Apakah ini solusi pemerintah atas tingginya angka pengangguran, yakni mengirimkan TKI. Bagaimana dengan kasus TKI asal Lampung yang banyak menderita selama ini? Apa yang ingin dicapai Pemda Provinsi dengan mengirim TKI. Apa Lampung sudah tidak bias lagi mengirim jagung ke luar negeri sehingga harus diganti dengan ekspor TKI? Kebijakan apa ini?
Kalau data-data itu muncul, berita ini lebih layak headline. Kaitkan dnegan berita di halaman 6 berjudul “Penduduk Lampung Miskin Meningkat”. Tapi, tak ada koordinasi, mungkin. Lagi pula, berita ini tak ada dalam bujet.
CAPTION photo halaman 3, lebih menunjukkan Lampung Post sangat sibuk mengabsen orang. Untuk apa absensi itu bagi pembaca?
Ada banyak berita dari acara Sosialisasi Hasil Konferensi Dewan Ketahanan Pangan. (1) Lingkungan Kurang Dipelihara (halaman 3), Sjachroeddin tak Setuju (Halaman 3) Satker Harus Tahu Tugas (Halaman 3), Penduduk Lampung Miskin Meningkat (Halaman 6).
Dilihat dari variasi tempat kejadian, hari ini Lampung Post terfokus ke kejadian di acara Sosialisasi Hasil Konferensi Dewan Ketahanan Pangan.
Watawan kita kerja keras betul. Luar biasa. Cuma, beritanya lebih banyak talking, tak ada perspektif dan tak jelas tesisnya. Sekedar supaya terlihat produktif saja.
Dalam BISNIS, halaman10, ada perubahan. Ternyata BISNIS masih bias bersemangat jurnalis, tidak melulu mendewakan iklan.
HALAMAN OPINI. Font di halaman ini tak stabil. Konsistenlah!
HALAMAN SHOWBIZ. Mana navigasinya?
Ada tiga berita reshuffle hari ini. “Publik Jadikan Reshuffle Harapan Baru” (halaman16)  dan “Presiden Mendadak Panggil Wapres” (Halaman 8). Kenapa tak digabung saja ini berita? Ditambah satu TAJUK.

Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Facebook

0 Comments:

Posting Komentar

 

Belajar Jurnalistik Copyright © 2010 HATEESweb is Designed by Budi P. Hatees