Pengantar. Inilah berkala SALAM KREATIF edisi 17 April 2007. Isinya merupakan analisis atas berita HU Lampung Post. Analisis dilakukan Penelitian dan Pengembangan Lampung Post ini dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini jangan dilihat dari logika positivisme Augusto Comte, dan karena itu pasti hasilnya bukan bacaan yang enak dan menghibur meskipun perlu bagi peningkatan kualitas jurnalisme kita.
Berita head line “Pembocor UN Kena Saksi Tegas”. Berita ini mengumumkan tentang sanksi bagi para pelanggar yang dampaknya akan membuat orang takut (khawatir) untuk melakukan pelanggaran dalam pelaksanaan UN. Ada efek jera yang kita harapkan dari pemberitaan ini karena kita khawatir pelaksaaan UN terganggu.
Good! Inilah yang disebut punya sikap. Dilihat dari pilihan unsure pada lead, kita sudah masuk pada HOW dan WHY. Sikap ini harus dipertahankan, tapi harus diikuti dengan peliputan berita yang indep.
Untuk edisi 20 April 2007, kita sudah harus bicara tentang “ada atau tidak pelangar” dalam pelaksanaan UN. Kita tak usah membicarakan tentang UN digelar, karena itu sangat umum. Yang penting, kita beritahu apakah UN yang digelar hari ini berjalan lancar atau tidak.
Head line kita sejalan juga dengan Buras. Buras, karena diletakkan di depan, adalah kolom yang pertama sekali dibaca. Ada anggapan dari pembaca bahwa topik Buras adalah topik besar Lampung Post setiap hari.
Berita “Pangkat Praja akan Dihilangkan”, tak seperti yang kita harapkan. Rencananya kita buat liputan yang berskala daerah dengan tema “apakah pemerintah daerah setuju IPDN dkembalikan ke daerah” . Ini mengacu ada pernyataan Ryass Rasyid selaku orang yang terlibat dalam pembangunan sekaligus mantan rector IPDN.
Kita perlu mengalihkan persoalan ke daerah seperti yang sudah kita bicarakan. Untuk itu, perlu perencanaan peliputan yang memadai.
Berita “Presiden Nilai Kepala Daerah Kurang Loyal” berita ini tak ada dalam rapat bujet, juga final checking. Karena itu, berita ini tanpa perencanaan.
Cropping photo halaman satu sangat parah. Usahakan menampilkan focus pada photo, karena focus (viuw ) akan terlihat gagasan yang ingin kita tawarkan. Photo kita (dijepret Rinda) dari segi tematik sangat actual. Cuma, teknik cropping embuat gambar itu tak fkus. Mestinya, fokuskan saja pada dua PNS yang meneliti berkas (kardus). Photo akan kuat, akan jelas pula bicara soal CHECK SOAL UJIAN. Dua orang yang berdiri di samping kanan dibuang saja, karena mengganggu latar belakang (berupa tumpukan kardus berisi soal/berkas).
Mulailah, seperti kata BEW, munculkan head shot.
Tajuk kita “Kecemasan terhadap UN”, terlalu panjang. Tajuk kita, sesuai rapat tajuk sejak awal, panjangnya 55—60 baris.
Head line di halaman 2 berjudul “Gubernur Limpahkan Dua Kewenangan”, terlalu buru-buru untuk dijadikan head line. Berita “akan” bagusnya dipelajari lagi. Toh, dua kewenangan yang akan diberikan itu masih butuh pembicaraan lanjut.
“Pelimphan wewenang ke bawahan…” selama ini selalu menjadi masalah. Dengan PERGUB ini berarti soal konflik antara WAGUB dengan GUBERNUR akan selesai. Artinya, selesai juga kerja WAGUB karena dia tak akan pernah BISA BICARA.
Photo di halaman 2 “JALAN PINTAS”, momentumnya sangat bagus. Tapi, sekali lagi, teknik cropping kurang mantap. Untuk apa photo pagar di samping kanan, sehingga phto jadi empat kolom.
Halaman tiga, ada photo keluarga di sekilas. Apa ya maksudnya?
Head line halaman 3 “Kembalikan Mobil Dinas” masih sibuk menghitung jumlah demontran. Mestinya focus ke pokok persoalan, HOW dan WHY, sehingga jelas bagi pembaca apa persoalan, dan kenapa mesti jadi persoalan. “Tiga pemimpin DPRD Kota Bandar Lampung diminta....”
Persoalan besar dalam berita “Makan Tumis Jamur, Sekeluarga Keracnan” adalah “keracunan”. Sama sekali tak bicara soal kesehatan. Jadi, navigasi bukan “kesehatan”.
Berita itu pun tak memperhitungkan aspek pendidikan. Jamur, kenapa tak dijelaskan jamur apa. Bila perlu, cari nama Latinnya.
Berita head line di halaman 4, “Bukan Salah Pengusaha Semata”. Tolong, berbuatlah seperti jurnalis. Berita kita, kentara sekali sangat pro-Dinamis. Jangan lupa, ada orang mati loh. Siapa punya proyek, dia harus bertanggung jawab. Jangan-jangan Dinamis sengaja membuat proyek seperti itu untuk membunuh keempat orang tersebut. Pemerintah saja bisa digugat oleh pengendara sepeda motor yang kecelakaan akibat jalan berlobang.
Sejak awal kita PASANG BADAN untuk membela Dinamis. Kita tak perna bertanya bagaimana penyidikan polisi. Apakah betul robohnya papan reklame Dinamis karena faktor alam, atau karena faktor sengaja. Misal, ada yang merusak sebagai dampak persaingan bisnis. Atau, ada kesengajaan dari tenaga Dinamis yang mengerjakannya.
Kita berbuat sebagai jurnalis sajalah.
Halaman 6 Ruwa Jurai. Masih ada penggunaan kata “kapal ro ro” setelah kita sepakat kata “feri”, lihat berita “Belum Ada Pengusaha Sewa Kapal Ro-ro”.
Halaman 17 Nasional&Internasional. Masih ada saja berita tanpa navigasi, begitu juga dengan halaman 20, tak pernah mau membuat navigasi.
0 Comments:
Posting Komentar